Saturday, May 21, 2016

PEMILIHAN KONSEP

Bab ini mengilustrasikan metode-metode penunjang pembuatan keputusan
untuk konsep desain dengan menggunakan dua studi kasus, yaitu pemasangan
roda gigi pada poros dan mekanisme suspensi kursi, yang telah dibahas
sebelumnya. Argumen bahwa proses pembuatan keputusan dapat dibuat
subjektif terbukti tidak tepat dan metode-metode formal pemilihan konsep yang
lebih popular akan disajikan. Metode-metode ini mencakup penggunaan
decision tree (pohon keputusan), datum method (metode datum), serta
evaluasi desain menggunakan suatu diagram Harris. Pendekatan dua tahap
direkomendasikan di mana di dalamnya dilakukan pemeringkatan dan
pembobotan kriteria-kriteria spesifikasi dan kemudian, setelah pembuatan
konsep desain, setiap konsep dievaluasi dengan menggunakan kriteria-kriteria
ini. Akhirnya, keuntungan penggunaan paket spreadsheet pada komputer
personal (PC) beserta penggunaan metode yang direkomendasikan untuk itu
akan dibahas pula.
4.1 Pendahuluan
Dalam BAB 2 dan BAB 3 telah dibahas tahap-tahap pendefinisian PDS dan
pembuatan konsep. Tahap pembuatan konsep dapat dianggap sebagai proses
divergen, di mana di dalamnya dieksplorasi secara penuh batasan-batasan yang
dibuat dalam PDS. Tahap desain rekayasa selanjutnya adalah pemilihan
konsep (concept selection), dan tahap ini bersifat konvergen. Tahap ini
mencakup pembuatan keputusan dan penolakan sebagian besar konsep yang
dihasilkan. Tahap pemilihan konsep diperlihatkan dengan jelas pada Gambar
1-5 menggunakan anak panah keputusan antara konsep dan detail.
Untuk mengilustrasikan pentingnya tahap pemilihan konsep, marilah kita
perhatikan Gambar 4-1 dan Gambar 4-2. Gambar tersebut menunjukkan biaya
dan kesempatan untuk melakukan perubahan dalam pengembangan produk
serta representasi seluruh pola perubahan teknis yang paling sering terjadi.
Dapat dilihat pada Gambar 4-1 bahwa pada tahap awal desain, terdapat sangat
banyak kesempatan untuk membuat perubahan dan menyarankan perbaikan
konsep. Akan tetapi, ketika detail desain dimulai, kesempatan ini menjadi
sangat berkurang dan biaya untuk membuat perubahan meningkat secara
eksponensial, seiring dengan lebih banyaknya sumber daya yang terlibat.
the Engineering Design Principles by Kenneth S. Hurst (Draft of Translation)
Translated by Rahmat Saptono 54
Gambar 4-1 Biaya dan Kesempatan untuk Perubahan Desain Produk
Gambar 4-2 Siklus Pengembangan Produk yang Menunjukkan Perubahan Desain
Gambar 4-2 mungkin lebih menarik karena memberikan gambaran bahwa
puncak perubahan desain di dunia barat muncul lebih akhir daripada tahap
detail desain dan biasanya terjadi di sekitar tanggal peluncuran. Perubahan ini
tentu saja sangat memakan biaya dan memberikan dampak sangat signifikan
pada keuntungan. Tujuan kita seharusnya adalah mengubah kurva dalam
Gambar 4-2 sehingga puncaknya akan muncul lebih awal di dalam proses
desain. Pemilihan konsep optimum yang paling sesuai dengan PDS dilakukan
untuk memenuhi tujuan ini.
Tidak perlu dibahas lagi bahwa biaya dan mutu produk sangat tergantung pada
desain, dan, sebagaimana digambarkan dalam BAB 3, hampir semua biaya dan
mutu produk ditentukan oleh keputusan yang diambil pada tahap awal desain.
Secara umum dapat diterima bahwa sekali konsep dipilih, maka aplikasi teknikteknik
evaluasi desain yang paling canggih sekalipun tidak akan memberikan
dampak yang signifikan pada biaya dan mutu produk.
Aktivitas desain, melibatkan keputusan perancang, baik secara intuitif maupun
rasional, serta banyak keputusan-keputusan harus dibuat, pada tingkatantingkatan
berbeda. Membuat keputusan adalah aktivitas yang sangat
menegangkan bagi semua orang, tidak terkecuali bagi insinyur desain.
the Engineering Design Principles by Kenneth S. Hurst (Draft of Translation)
Translated by Rahmat Saptono 55
Reputasi dan kepuasan diri sebagai pembuat keputusan yang kompeten adalah
pada risiko dan konsekuensi-konsekuensi yang sangat berat dari keputusan
yang salah pada kelangsungan hidup perusahan. Namun, kualitas suatu
keputusan tidak tergantung pada situasi tertentu tetapi lebih pada proses
pembuatan keputusan yang digunakan. Oleh karena itu, diperlukan suatu
sistem pendukung pembuatan keputusan yang komprehensif untuk perancang.
Analogi proses pembuatan keputusan dapat diambil dari proses manufaktur.
Selama proses manufaktur, bahan baku dirubah menjadi produk dengan
proses-proses tertentu. Mutu produk akhir sama-sama tergantung pada mutu
bahan baku dan proses. Baik produk maupun bahan baku sama-sama dapat
terlihat (visible). Setiap cacat yang ditemukan dapat ditelusuri balik pada
bahan baku atau proses. Kesalahan mudah untuk ditemukan karena peralatan
prosesnya terlihat. Salah satu tujuan kita adalah membuat proses pembuatan
keputusan dalam desain rekayasa menjadi dapat terlihat sehingga keputusan
yang diambil dapat dievaluasi secara efektif.
Ada banyak alasan mengapa proses pembuatan keputusan formal harus
digunakan oleh insinyur desain:
1. Waktu yang terbuang untuk melanjutkan alternatif yang salah hingga ke
tahap detail desain dapat dihindari.
2. Terlihatnya proses pembuatan keputusan, dapat membantu menjamin
proses tersebut dapat diulangi kembali (repeatable).
3. Kemampuan mengevaluasi proses berpikir orang lain dapat dikembangkan.
4. Perancang dapat mempertahankan keputusan yang telah dibuat dengan
manajer atau client.
5. Seorang perancang yang sebelumnya tidak memiliki pengalaman dapat
secara rasional melaksanakan evaluasi konsep-konsep alternatif.
6. Proses pemilihan konsep merangsang munculnya konsep-konsep baru, atau
mendorong kombinasi konsep-konsep.
Di dalam tahap inilah pertemuan audit desain pertama kali dilakukan (lihat BAB
8). Tim desain harus mepresentasikan baik PDS maupun konsep-konsep yang
dihasilkan kepada kolega dari departemen lain dan menjustifikasi pemilihan
konsep-konsep yang akan dikembangkan lebih jauh.
Sebagaimana disebutkan pada BAB 2, penulisan PDS yang realistis dan
komprehensif adalah bagian fundamental dari setiap desain. Hal ini khususnya
sangat penting karena kebanyakan metode-metode formal pemilihan konsep
memeriksa sejauh mana setiap konsep dapat memenuhi spesifikasi teknis.
Pada tahap akhir, setiap konsep dinilai atas dasar tujuan perusahaan, bersamasama
dengan beberapa tujuan yang diturunkan dari spesifikasi.
Tujuannya haruslah untuk mereduksi sejumlah konsep yang dihasilkan menjadi
tidak lebih dari dua atau tiga konsep, untuk dianalisis lebih jauh. Sangat tidak
praktis untuk memeriksa setiap konsep awal lebih dalam karena terbatasnya
sumber daya waktu, uang, dan tenaga kerja. Jika hanya satu atau dua
persyaratan yang harus dipenuhi, masalah penentuan konsep yang paling
the Engineering Design Principles by Kenneth S. Hurst (Draft of Translation)
Translated by Rahmat Saptono 56
menjajikan menjadi mudah. Akan tetapi, jika ada banyak tujuan dan kriteria
yang harus dipenuhi, maka situasinya dapat menjadi rumit dan metode evaluasi
yang sistematik menjadi sangat penting.
Perhatikan masalah pemilihan metode pemasangan roda gigi pada poros.
Banyak konsep dapat dibuat, bahkan untuk pekerjaan yang relatif sangat
sederhana ini. Sketsa-sketsa pada Gambar 4-3 hanya menunjukkan 6
kemungkinan umum saja.
Gambar 4-3 Konsep-konsep untuk Pemasangan Roda Gigi pada Poros
4.2 Pembuatan Keputusan Subjektif
Tabel 4-1 mengilustrasikan beberapa hal yang harus dipertimbangan oleh tim
desain ketika memilih alternatif yang optimum, pada kasus ini misalnya untuk
pemasangan roda gigi pada poros. Pada kenyataannya, tabel tersebut dapat
the Engineering Design Principles by Kenneth S. Hurst (Draft of Translation)
Translated by Rahmat Saptono 57
merupakan satu halaman yang diambil dari buku catatan seorang insinyur
desain. Tabel ini terdiri atas konsep-konsep pada sumbu horizontal dan tujuantujuan
pada sumbu vertikal. Para perancang mengisi setiap kotak dengan
pemeriksaan subjektif tentang sejauh mana setiap konsep-konsep individu
dapat memenuhi tujuan-tujuan individu. Sebagai contoh, konsep 2, keying,
memberikan transmisi torsi yang sangat baik (excellent) tetapi menyebabkan
konsentrasi tegangan yang tinggi.
Perlu dicatat bahwa daftar konsep-konsep dan tujuan-tujuan tersebut tidak
komprehensif karena daftar tersebut telah disederhanakan untuk keperluan
ilustrasi. Banyak tujuan lain, seperti kesulitan perakitan dan keseimbangan
roda gigi dan poros, dapat dimasukkan ke dalamnya.
Perancang yang sangat berpengalaman jarang memilih untuk menuliskan
pikirannya, tetapi lebih suka menimbang semua faktor dan memilih konsep
berdasarkan intuisinya, tanpa merasa perlu mengikuti prosedur formal. Akan
tetapi, kecenderungan ini merupakan kesalahan. Sebagaimana diilustrasikan di
dalam Tabel 4-1, bahkan masalah yang relatif sederhana, seperti pemilihan
metode pemasangan roda gigi ke poros, dapat mengandung banyak faktorfaktor
yang sulit untuk dibandingkan satu sama lain selama pemeriksaan
subjektif.
Tabel 4-1 Matriks Pemilihan Subjektif untuk Pemasangan Roda Gigi pada Poros
Oleh karena itu, penggunaan prosedur pembuatan keputusan yang sistematik
pada waktu pemilihan konsep sangat penting untuk mahasiswa teknik dan juga
perancang yang paling berpengalaman.
the Engineering Design Principles by Kenneth S. Hurst (Draft of Translation)
Translated by Rahmat Saptono 58
Pembuatan keputusan di dalam desain barangkali dapat diibaratkan seperti
sederet saringan-saringan, sebagian kasar dan sebagian halus, yang mereduksi
daftar mula-mula ke proporsi yang dapat dikelola.
Mula-mula digunakan saringan kasar, yang dapat mencakup perhitungan dasar
untuk menentukan ketidakberlangsungan, ekperimen keadaan sederhana, dan
pemodelan sederhana. Tabel 4-1 dapat dipertimbangkan sebagai saringan
kasar, karena saringan ini tetap membiarkan pemilihan akhir konsep-konsep
sebagai proses subjektif dan terbuka terhadap pengaruh individu.
Bagaimanapun, setiap bentuk dokumentasi proses pembuatan keputusan tetap
lebih baik daripada tidak ada sama sekali, dan pemilihan konsep terbaik yang
lebih rasional akan dihasilkan dari penggunaan pendekatan tertentu.
Aplikasi teknik-teknik pembuatan keputusan yang lebih pasti daripada teknikteknik
yang digambarkan, telah terbukti dapat menghasilkan solusi menyeluruh
masalah desain yang lebih baik. Akan tetapi, seorang perancang tidak
dianjurkan untuk selalu menggunakan setiap proses pembuatan keputusan
secara terisolasi. Sebaliknya, hasil terbaik dicapai ketika dibentuk tim yang
terdiri atas perancang dan personil perusahaan lain.
Insinyur desain seringkali kali beranggapan salah bahwa hanya merekalah yang
mampu untuk membuat keputusan yang masuk akal. Yang terjadi bukanlah hal
ini, dan pegawai perusahaan dari banyak bagian lain membuat keputusan yang
sama banyak, jika tidak lebih banyak, sebagaimana yang dilakukan oleh
insinyur pada tugas sehari-harinya. Demikian pula, ketika bekerja pada proyek
yang kompleks, sangat bijaksana untuk melibatkan client di dalam pembuatan
keputusan.
4.3 Pemeringkatan Kriteria
Langkah pertama dalam prosedur formal pemilihan konsep adalah membuat
peringkat kriteria PDS berdasarkan kepentingan relatifnya. Kebanyakan
metode-metode pemeringkatan kriteria melibatkan pembuatan matriks dan
salah satu metode yang diajukan oleh Pugh mungkin adalah yang paling
banyak digunakan. Matriks ini dikenal sebagai matriks dominansi binair (the
binary dominance matrix).
Di dalam metode ini suatu matriks dibentuk, seperti diperlihatkan dalam Tabel
4-2 untuk contoh pemasangan roda gigi, dengan kriteria didaftar baik pada
sumbu vertikal maupun sumbu horisontal. Angka 1 atau 0 diletakkan di dalam
setiap kotak matriks tergantung dari derajat kepentingan relatif dari sepasang
kriteria yang dibandingkan. Beberapa orang menganjurkan penggunakaan
angka 0.5 untuk kriteria yang sama pentingnya. Akan tetapi, kebanyakan
orang yang telah memiliki pengalaman dengan metode-metode ini berpendapat
bahwa keputusan yang relatif minor harus dipaksakan untuk diambil. Jika
tidak, maka semuanya cenderung mengambil jalan mudah dan banyak
mengalokasikan angka 0.5, sehingga keseluruhan proses pada akhirnya
menjadi hampir tidak berguna.
the Engineering Design Principles by Kenneth S. Hurst (Draft of Translation)
Translated by Rahmat Saptono 59
Tabel 4-2 Matriks Pemeringkatan Kriteria
Prosedur yang digunakan dan diilustrasikan di dalam Tabel 4-1 adalah
mempertimbangkan setiap baris secara bergiliran. Pada contoh pertama
diambil keputusan tentang apakah kapasitas torsi (torsion capacity) lebih (atau
kurang) penting daripada seluruh kriteria secara bergiliran. Jika kriteria pada
sumbu vertikal (kapasitas torsi) dianggap lebih penting daripada kriteria pada
sumbu horisontal maka dialokasikan angka 1. Jadi, angka 1 dialokasikan untuk
seluruh baris pertama, karena kapasitas torsi dinilai lebih penting daripada
semua kriteria lain. Setiap pasang kriteria dibandingkan dua kali, di atas dan di
bawah diagonal. Keputusan yang dibuat untuk kedua kalinya dapat digunakan
untuk memeriksa konsistensi dan diperlukan untuk kelengkapan dari jumlah
angka 1 yang dialokasikan untuk setiap kriteria.
Di dalam matriks permeringkatan kriteria yang besar tanda periksa bahwa
bahwa semua keputusan telah dibuat dan bahwa setiap keputusan tidak
kontradiktif pada saat sepasang kriteria dipertimbangkan kembali untuk kedua
kalinya adalah bahwa jumlah total dari angka 1 harus sama dengan 0.5n(n-1),
di mana n adalah jumlah dari kriteria. Untuk kasus di mana digunakan 9
kriteria, maka ada 36 buah angka satu yang dialokasikan, sebagaimana
diverifikasi dengan menjumlahkan total kolom.
Jika seluruh pasang kriteria telah dibandingkan, maka total baris akan
mengindikasikan urutan peringkat kriteria. Langkah selanjutnya di dalam
proses pembuatan keputusan adalah mengalokasikan nilai-nilai yang
menunjukkan nilai relatif setiap kriteria.
4.4 Pembobotan Kriteria
Selama prosedur pembobotan, mula-mula kriteria harus disusun kembali
dengan kriteria paling penting di urutan pertama. Penyusunan kembali ini
untuk memastikan bahwa kriteria yang memiliki pengaruh paling besar dalam
pemilihan konsep telah dipertimbangkan pertama kali. Hal ini terutama sangat
penting ketika banyak kriteria dilibatkan dan banyak keputusan harus dibuat.
Pengalokasian bobot untuk tiap-tiap kriteria mengundang banyak perdebatan.
Ada beberapa orang yang bahkan berpendapat bahwa susunan peringkat
adalah contoh skala ordinal dan bahwa operasi aritmatik tidak dapat dilakukan
pada skala ordinal. Secara lugas hal ini dapat dibenarkan, tetapi tujuannya di
sini, haruslah untuk sedapat mungkin membantu perancang. Tanpa adanya
the Engineering Design Principles by Kenneth S. Hurst (Draft of Translation)
Translated by Rahmat Saptono 60
metode formal untuk melakukan pembobotan, lagi-lagi perancang akan dibawa
ke urusan pembobotan subjektif yang menegangkan dan pembuatan keputusan
subjektif.
Satu metode pasti untuk menilai pembobotan adalah dengan menggunakan
pohon keputusan (decision tree). Pohon keputusan adalah alat untuk
menyajikan struktur keputusan dalam bentuk objektif, dan walaupun lebih
umum digunakan di dalam manajemen proyek di mana keputusan-keputusan
dibuat suksesif ke depan, teknik ini cukup baik untuk pembobotan kriteria
desain. Pohon keputusan adalah alat untuk mengintegrasikan semua faktorfaktor
dan kemungkinan yang menyusun masalah, serta mempresentasikannya
di dalam bentuk kuantitatif. Adopsi teknik ini memiliki keuntungan, secara
umum dibandingkan dengan metode-metode lain, paling sedikit dapat
mencegah terjadinya pemaksaan kehendak oleh orang yang paling banyak
bicara.
Pada tingkat tertinggi, keseluruhan objektif (objective) diberi angka 1. Pada
setiap tingkat lebih bawah, sub-objektif (sub objective) diberi bobot relatif
terhadap lainnya, akan tetapi masih dengan total 1. Bobot sebenarnya
kemudian dihitung sebagai fraksi bobot objektif di atasnya. Menggunakan
prosedur ini, lebih mudah untuk mengalokasikan bobot secara konsisten karena
relatif lebih mudah untuk membandingkan sub objektif di dalam kelompok kecil
yang terdiri atas 2 atau 3 objektif sesuai serta dengan satu tingkat objektif
yang lebih tinggi. Semua bobot sebenarnya dijumlahkan hingga 1.0 untuk
memastikan validitas aritmatika bobot-bobot tersebut.
Pohon pembobotan objektif untuk pemasangan roda gigi pada poros
diperlihatkan dalam Gambar 4-4. Perlu diingat bahwa kriteria spesifikasi yang
digunakan dalam metode terdahulu harus dimodifikasi terlebih dahulu menjadi
objektif dan sub-objektif. Dalam contoh ini, diidentifikasi 4 tingkat objektif, di
mana objektif tingkat 1 merupakan keseluruhan objektif. Pada objektif tingkat
2, 3 objektif diidentifikasi sebagai kapasitas torsi, biaya produksi, dan
kehandalan. Tingkat 3 dan tingkat 4 mengandung sub-objektif-sub-objektif di
mana objektif tergantung padanya.
the Engineering Design Principles by Kenneth S. Hurst (Draft of Translation)
Translated by Rahmat Saptono 61
Gambar 4-4 Pohon Objektif untuk Pemasangan Roda Gigi pada Poros
Bobot yang dialokasikan untuk objektif individu disajikan pada bagian sebelah
kanan gambar dan sudah tentu jumlahnya adalah 1.000. Alokasi nilai pertama
di dalam tiap kotak merepresentasikan penilaian subjektif perancang tentang
derajat kepentingan relatif dari objektif-objektif yang diperbandingkan. Sebagai
contoh pada tingkat 2, biaya produksi, kapasitas torsi, dan kehandalan diberi
alokasi nilai relatif berdasarkan kepentingannya berturut-turut 0.3, 0.4, dan 0.3.
Pada tingkat 3 biaya produksi dibagi menjadi tiga sub bagian, yaitu kemudahan
perakitan, penggunaan komponen yang dapat dibeli, dan kemudahan
permesinan. Kotak pertama kotak-kotak ini adalah nilai relatifnya, yang sekali
the Engineering Design Principles by Kenneth S. Hurst (Draft of Translation)
Translated by Rahmat Saptono 62
lagi dialokasikan secara subjektif. Akan tetapi, karena biaya produksi secara
keseluruhan hanya boleh berjumlah total 0.3, maka tiap-tiap nilai, yaitu 0.3,
0.2, dan 0.5, harus dikalikan 0.3.
Kotak kedua di dalam tiap-tiap kotak adalah bobot relatif setiap objektif.
Perhatikan faktor bobot untuk kapasitas torsi. Faktor ini nilainya 0.4 karena
tidak dapat dipecah lagi menjadi sub objektif. Untuk kemudahan mengganti
roda gigi, nilai faktornya jauh berkurang, yaitu 0.036 karena faktor ini adalah
sub-objektif dari kemudahan pemeliharaan yang merupakan sub-objektif dari
kehandalan. Pembobotan dialokasikan dari kiri ke kanan dengan kotak kedua
dalam jumlah nilai-nilai dalam setiap kumpulan sub objektif-sub objektif sama
dengan nilai kotak sebelah kanan objektif yang lebih tinggi.
Metode alokasi pembobotan yang direkomendasikan untuk digunakan disajikan
pada Tabel 4-3. Kriteria dialokasikan faktor bobot yang telah dinormalkan
dengan membagi jumlah total keputusan yang diambil (untuk contoh
pemasangan roda gigi adalah 36) menjadi total-total individu. Jelas bahwa
jumlah seluruh faktor bobot harus sama dengan 1 seperti telah diperlihatkan.
Juga perlu dicatat bahwa di dalam Tabel 4-3 kriteria telah disusun kembali
dengan kriteria paling penting pada urutan atas.
Tabel 4-3 Matriks Pemeringkatan dan Pembobotan
Seperti telah disebutkan sebelumnya, langkah pertama dari kebanyakan
metode pemilihan konsep adalah memberi peringkat dan bobot. Namun, bab
ini tidak akan lengkap tanpa menyebutkan metode-metode pemilihan konsep
lain di mana di dalamnya tidak dilakukan pemeringkatan dan pembobotan. Dua
metode itu adalah Datum Method (diajukan oleh Pugh) dan EVAD (Design
EVAluation) yang cukup panjang pembahasannya.
4.5 Metode Datum
Metode datum adalah metode yang disusun berdasarkan penggunaan matriks
dengan konsep pada satu sumbu, dan kriteria (objektif) pada sumbu lain, di
mana kriterianya adalah bentuk dasar dari PDS. Satu konsep kita ambil sebagai
datum dan setiap konsep lainnya dinilai dengan cara membandingkannya
dengan datum. Kategorisasi yang digunakan adalah: lebih baik (+), sama (s),
the Engineering Design Principles by Kenneth S. Hurst (Draft of Translation)
Translated by Rahmat Saptono 63
dan lebih buruk (-). Setelah iterasi pertama, satu konsep harus muncul sebagai
konsep yang paling sesuai dengan kriteria.
Marilah kita perhatikan sekali lagi contoh pemasangan roda gigi pada poros.
Untuk iterasi pertama, seperti diperlihatkan pada Tabel 4-4, konsep 1 (pinning)
dipilih sebagai datum. Kolom-kolom lain berisi keputusan komparatif yang
dibuat pada putaran pertama. Setiap konsep lain dibandingkan terhadap datum
untuk tiap-tiap kriteria-kriterianya. Sebagai contoh, alokasi tanda (+) di bawah
splining untuk kapasitas torsi berarti bahwa menurut pendapat perancang, lebih
banyak torsi dapat ditransmisikan dengan menggunakan splining daripada
dengan menggunakan datum, yaitu pinning.
Tabel 4-4 Metode Datum untuk Evaluasi Konsep
Setelah seluruh keputusan individu dibuat, tanda (+), (s), (–) untuk tiap-tiap
konsep dijumlahkan. Dibandingkan langsung dengan datum (pinning), konsep
5, yaitu tapper bushes, sedikit lebih baik daripada konsep 3, yaitu clamping,
memiliki nilai 5+, 2-, dan 2s.
Untuk iterasi selanjutnya, konsep yang paling kuat dibuat sebagai datum dan
dievaluasi lagi terhadap konsep-konsep lain. Pada prakteknya, biasanya
diperlukan 3 iterasi seperti diilustrasikan oleh Tabel 4-5. Dalam iterasi kedua,
konsep dengan jumlah (+) lebih banyak, yaitu konsep 5, dipilih sebagai datum
dan kolom-kolom berjudul ‘b’ berisi keputusan yang dibuat. Sebagai hasil dari
putaran kedua ini, konsep 6, yaitu splinning, dengan lebih banyak tanda (+)
dibandingkan tanda (–) dipilih sebagai datum ketiga dan terakhir.
the Engineering Design Principles by Kenneth S. Hurst (Draft of Translation)
Translated by Rahmat Saptono 64
Tabel 4-5 Metode Datum untuk Evaluasi Konsep (Complete Chart)
Berdasarkan keputusan-keputusan di dalam kolom berjudul ‘c’, konsep 3, yaitu
clamping, dipilih sebagai konsep terbaik secara keseluruhan (the best overall
concept), memiliki nilai lebih baik daripada ketiga datum yang dipilih, walaupun
perbedaan antara taper bush dan clamping sangat kecil dan pada prakteknya,
jika sumber daya waktu dan uang tersedia, keduanya dapat dikembangkan
lebih jauh.
Sama dengan kebanyakan teknik-teknik pembuatan keputusan lainnya, Metode
Datum melibatkan banyak keputusan minor, bukan keputusan mayor.
Perbandingan-perbandingan dapat menghindari diperlukannya pengukuranpengukuran
absolut dan dengan merekam setiap keputusan dalam bentuk
matriks, setiap keputusan tidak perlu diingat. Jumlah total dari keputusankeputusan
lah yang memastikan bahwa keluaran akhir tidak bervariasi antara
satu perancang atau tim desain dengan perancang atau tim desain lainnya.
Walaupun mungkin saja terjadi sebagian mahasiswa dan perancang tidak
setuju dengan sebagian keputusan individu yang dibuat, hasil keseluruhan
pemilihan konsep seharusnya akan tetap sama jika digunakan kriteria yang
sama.
Tiga kelemahan utama Metode Datum untuk pemilihan konsep adalah bahwa:
seluruh keputusan dibuat beberapa kali (dalam kasus ini tiga kali), membuat
proses pembuatan keputusan menjadi lebih banyak makan waktu; derajat
kepentingan relatif dari kriteria yang digunakan tidak diperhatikan, dan tidak
ada skala yang digunakan untuk mengindikasikan seberapa baik atau seberapa
buruk setiap konsep dibandingkan dengan datum.
4.6 EVAD
Metode EVAD untuk pemilihan konsep dikembangkan di University of Twente.
Seperti halnya metode Datum, tidak dilakukan pemberian peringkat dan bobot
pada kriteria-kriteria. Metode ini khususnya direkomendasikan untuk evaluasi
dan seleksi ide-ide produk baru tetapi dapat juga digunakan untuk pemilihan
the Engineering Design Principles by Kenneth S. Hurst (Draft of Translation)
Translated by Rahmat Saptono 65
konsep. Tujuan dari metode ini adalah untuk membantu perancang selama
pemilihan konsep sambil tetap mempertahankan aspek-aspek intuitif.
Sebagaimana dilakukan pada metode-metode lain, mula-mula daftar panjang
konsep-konsep perlu direduksi secara proporsional sehingga dapat dikelola
dengan baik. Direkomendasikan bahwa sebanyak-banyaknya 6 konsep harus
dipilih untuk investigasi lebih lanjut dan bahwa sejumlah kecil kriteria utama
harus dipilih dari spesifikasi untuk membantu proses ini. Sebagai contoh, ketika
meninjau ulang produk-produk baru, pemilihan mula-mula harus dibuat secara
subjektif dengan memperhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut:
􀁸 Bagaimana peluangnya untuk sukses di pasar?
􀁸 Seberapa besar bisnis yang akan dibuat?
􀁸 Apakah ide ini kompatibel dengan kapabilitas perusahaan?
􀁸 Apakah kira-kira modal dapat kembali?
Terhadap keenam konsep yang dipilih dilakukan prosedur evaluasi formal,
berdasarkan bentuk modifikasi yang dikenal sebagai metode Harris. Di dalam
metode ini dibuat daftar kriteria evaluasi dan tiap-tiap kriteria distandarisasi
berdasarkan tujuan strategis perusahaan. Sebagai contoh, satu kriteria, citra
produk (product image), dapat memiliki standar-standar yang dinyatakan
sebagai exclusive (++), modern ordinary (+), traditional (-) dan outdated (--).
Dari deskripsi konsep, dibuat nilai-nilai setiap kriteria. Hasil-hasil ini
dimasukkan ke dalam diagram yang akan memberikan profil evaluasi untuk tiap
ide. Profil-profil dibandingkan lebih secara kualitatif daripada kuantitatif.
Walaupun EVAD umumnya direkomendasikan sebagai metode untuk memilih
produk baru, ide-ide tidak dapat diaplikasikan sama baiknya untuk setiap
bagian proses rekayasa. Perhatikan lagi contoh ilustratif pemasangan roda gigi
pada poros. Evaluasi EVAD untuk hal ini, dengan asumsi bahwa konsep-konsep
pada daftar mula-mula telah direduksi menjadi 6 akan dimulai dengan
membuat standarisasi kriteria, yang terdapat di dalam spesifikasi. Standarisasi
dilakukan dengan menentukan rentang lengkap setiap kriteria dan membaginya
secara sama menjadi empat sub divisi, seperti terlihat pada Tabel 4-6.
the Engineering Design Principles by Kenneth S. Hurst (Draft of Translation)
Translated by Rahmat Saptono 66
Tabel 4-6
Setelah kriteria distandarisasi, diproduksi suatu diagram untuk tiap-tiap konsep.
Seperti halnya pada Metode Datum, sumbu vertikal digunakan untuk kriteria
dan sumbu horisontal digunakan untuk konsep-konsep. Empat kolom
diperlukan untuk tiap-tiap konsep berkisar dari (--) hingga (++) dan
menggunakan standar-standar seperti yang digunakan pada pemasangan roda
gigi pada poros, dan menggunakan standar-standar tiap kriteria. Tabel 4-7
the Engineering Design Principles by Kenneth S. Hurst (Draft of Translation)
Translated by Rahmat Saptono 67
berisi diagram-diagram untuk konsep-konsep 3, 5, dan 6, yaitu clamping, taper
bush dan splining, dari contoh pemasangan roda gigi. Di dalam prakteknya,
keenam diagram konsep harus diplot.
Tabel 4-7 Diagram Harris untuk Clamping, Taper Bush, dan Splining
Di dalam contoh kita jelas bahwa clamping memiliki profil yang paling positif.
Konsep ini kembali dipilih sebagaimana konsep ini terpilih dengan Metode
Datum. Akan tetapi, sebagaimana disebutkan di atas, tujuan dari
penggambaran diagram Harris adalah untuk memberikan representasi visual
keputusan-keputusan yang harus dibuat dan tidak memberikan penilaian secara
kuantitatif pada konsep-konsep alternatif. Perancang hanya diarahkan untuk
memilih satu konsep dan harus tetap menggunakan intuisi dan pengalaman
sambil tetap sadar bahwa kriteria tidak diberi bobot dan penilaian adalah
bersifat subjektif.
Jelaslah bahwa ini adalah contoh yang relatif sangat sederhana dari Metode
EVAD yang melibatkan hanya sedikit kriteria. Di dalam masalah yang lebih
kompleks, satu konsep akan direpresentasikan dengan suatu diagram dalam
satu halaman kertas penuh, tanda x digantikan dengan kotak kode berwarna
dalam empat warna berbeda tergantung pada nilai yang dialokasikan, dan
catatan-catatan akan dibuat untuk menjelaskan pikiran di balik sebagian dari
keputusan-keputusan yang kurang jelas. Keenam diagram harus dibandingkan
secara visual dan konsep-konsep tersebut dengan suatu profil yang lebih positif
akan dianggap sebagai perlu dipertimbangkan untuk investigasi lebih lanjut
(worthy of further investigation).
4.7 Metode Seleksi Konsep yang Direkomendasikan
Di dalam BAB 2 PDS telah didefinisikan dan di dalam BAB 3 telah dibuat contoh
konsep-konsep untuk mekanisme suspensi kursi. Di sini konsep dengan potensi
paling tinggi dipilih dengan menggunakan teknik yang amat sesuai untuk
pembuatan keputusan oleh insinyur yang belum berpengalaman.
the Engineering Design Principles by Kenneth S. Hurst (Draft of Translation)
Translated by Rahmat Saptono 68
Pertama-tama, seperti diperlihatkan pada Tabel 4-8, fungsi-fungsi (functions)
dan pembatas-pembatas (constraints), dibuat peringkatnya berdasarkan tingkat
kepentingan dengan menggunakan metode matriks. Pada kasus ini ada 20
kriteria yang akan dibuat peringkatnya dan dengan menggunakan formula
periksa (checking formula), 0.5n(n-1), 190 keputusan individual dibuat. Kriteria
kemudian diberi faktor bobot yang telah dinormalkan dengan cara membagi
190 pada total individu-individu.
Tabel 4-8 Matriks Binair Dominan untuk Mekanisme Suspensi Kursi
Tim desain sekarang dalam posisi untuk membuat pemeriksaan objektif tentang
sejauh mana tiap-tiap konsep yang dibuat selama proses kreatif dapat
memenuhi PDS. Kriteria disusun kembali dengan yang memiliki kriteria yang
memiliki bobot paling tinggi pada urutan paling atas. Matriks tabel kembali
digunakan pada Tabel 4-9, tetapi kali ini kriteria untuk sumbu vertikal
dibandingkan dengan dengan setiap solusi yang potensial, lihat Gambar 3-12
untuk sketsa konsep dari mekanisme kursi. Tiap-tiap konsep diberi skor
berdasarkan kesesuainnya dengan kriteria, dan diberikan suatu prosentase.
Jika nilai nol dialokasikan untuk setiap konsep, maka berarti bahwa konsep ini
tidak memenuhi kriteria tertentu dan oleh karenanya tidak dapat memenuhi
PDS secara keseluruhan. Konsep tersebut dapat ditolak tanpa perlu diperiksa
lebih lanjut.
the Engineering Design Principles by Kenneth S. Hurst (Draft of Translation)
Translated by Rahmat Saptono 69
Tabel 4-9 Lembar Kerja Lengkap untuk Pemilihan Konsep untuk Suspensi Kursi
Jika prosentasi telah diberikan, nilai-nilai dikalikan dengan faktor bobot untuk
kriteria tersebut. Hal ini ditambahkan untuk memberikan nilai prosentasi total
kesesuaian untuk setiap konsep. Jelaslah bahwa setiap konsep yang
sepenuhnya sesuai spesifikasi akan mendapatkan skor 100%. Dengan
demikian kita dapat mengukur sejauh mana tiap-tiap konsep memenuhi PDS
sekaligus membuat perbandingan antar konsep-konsep.
Memperoleh ukuran absolut untuk kesesuaian dengan spesifikasi (specification
satisfaction), penting karena jika tidak ada konsep yang mendapatkan
prosentase wajar, seluruh proyek harus dikaji ulang dan mungkin dihentikan.
Adalah tidak mungkin untuk mengkuantifikasi suatu prosentase minimum yang
dapat diterima karena setiap masalah desain pada dasarnya berbeda-beda dan
perancang individu akan lebih (atau kurang) optimis di dalam nilai-nilai individu
yang diberikannya. Di dalam contoh suspensi kursi, konsep C dan konsep A,
dalam urutan tersebut, telah mendemonstrasikan bahwa mereka perlu
dipertimbangkan untuk investigasi lebih lanjut.
Pemilihan teknik-teknik evaluasi konsep harus cocok dengan perancang atau
ditentukan oleh kebijakan perusahaan. Seluruh proses yang telah disebutkan
memiliki keunggulan sendiri dan akan salah kalau kita mengira bahwa satu
proses memiliki hasil yang lebih baik daripada proses lain. Akan tetapi, proses
the Engineering Design Principles by Kenneth S. Hurst (Draft of Translation)
Translated by Rahmat Saptono 70
yang digunakan untuk mekanisme suspensi kursi, mungkin merepresentasikan
proses pembuatan keputusan yang terbaik untuk diterapkan.
4.8 Pembuatan Keputusan dengan Bantuan Komputer
Setiap teknik-teknik yang digambarkan memakan banyak waktu (time
consuming) dan sedikit membosankan (tedious) di dalam operasi. Satu cara
untuk mengatasinya adalah dengan komputerisasi proses. Jenis program
komputer standar yang dapat digunakan untuk metode pemilihan konsep yang
direkomendasikan adalah spreadsheet. Program-program semacam ini tersedia
secara luas pada PC dan biasa digunakan untuk analisis finansial. Ada banyak
keuntungan jika kita memakai spreadsheet dalam proses pemilihan konsep dan
metode yang digunakan untuk pemilihan konsep mekanisme suspensi kursi
dapat langsung dimasukkan ke dalam spreadsheet.
Dalam penggunaan spreadsheet untuk pemeringkatan kriteria, faktor bobot
total dan yang telah dinormalkan akan dihitung secara otomatis dengan
menggunakan formula yang telah didefinisikan sebelumnya. Dengan
memanfaatkan kapasitas penyortiran, kriteria tersebut dapat disusun ulang.
Matriks evaluasi konsep dan matrik pemeringkatan dan pembobotan tidak perlu
dipisahkan, jika dapat digabungkan. Setelah perancang memberikan semua
skor yang menunjukkan sejauh mana tiap-tiap konsep memenuhi tiap kriteria,
komputer akan mengindikasikan skor total dan menunjukkan skor yang paling
besar.
Jika format lembar kerja (worksheet) telah dibuat, maka proyek selanjutnya
dapat dibuat dengan hanya dengan meng-edit lembar kerja tersebut. Beberapa
kriteria akan sama untuk semua desain dan kriteria lainnya akan berbeda.
Sebuah spreadsheet dapat berfungsi sebagai expert system jika kriteria umum
dan keputusan umum, yang mungkin dibuat berdasarkan kebijakan
perusahaan, disimpan dan digunakan ulang. Perancang akan lebih sedikit
terlibat dalam proses pembuatan keputusan dan lebih punya banyak waktu
untuk kreativitas.
Jika dibandingkan dengan metode-metode tertulis (paper-based methods),
spreadsheets dapat mempercepat prosedur pemilihan. Analisis terhadap
pengaruh keputusan individu pada keseluruhan hasil dapat dilakukan, seperti
halnya pengaruh perubahan minor desain pada konsep. Hal penting lainnya
adalah bahwa identifikasi titik-titik lemah di mana konsep yang dipilih tidak
memiliki skor tinggi untuk kriteria tertentu atau objektif, dapat menyebabkan
perbaikan desain.
the Engineering Design Principles by Kenneth S. Hurst (Draft of Translation)
Translated by Rahmat Saptono 71
PRINSIP-PRINSIP
Prinsip-prinsip Pemilihan Konsep
Konvergen (Convergence)
Selama pembuatan konsep, masalah diperluas. Selama proses seleksi
dimulailah proses konvergen menuju solusi tunggal.
Intuisi (Intuition)
Metode-metode seleksi konsep bervariasi dari yang murni bersifat intuitif, yang
harus dihindari untuk masalah yang kompleks, menuju yang lebih bersifat
formal dan kaku. Namun selalu tersedia ruang dalam evaluasi dan proses
pembuatan keputusan untuk intuisi dan pertimbangan profesional.
Visibilitas (Visibility)
Keputusan-keputusan yang dibuat harus transparan dan mudah dicatat.
Peringkat (Ranking)
Derajat kepentingan relatif kriteria desain dapat ditunjukkan dengan pemberian
bobot relatif.
Komparasi (Comparison)
Ketika struktur formal pembuatan keputusan diikuti, disediakan sebuah metode
numeris dari perbandingan antara proyek-proyek. Skor untuk konsep terbaik
memberikan informasi penunjang seperti prospek-prospek untuk desain yang
sukses dan menghasilkan keuntungan.

No comments:

Post a Comment