TURBINE GAS
Oleh : Inisiator Aceh Power Investment
1. Pendahuluan
Turbin gas adalah suatu penggerak mula yang memanfaatkan gas sebagai fluida
kerja. Didalam turbin gas energi kinetik dikonversikan menjadi energi mekanik berupa
putaran yang menggerakkan roda turbin sehingga menghasilkan daya. Bagian turbin yang
berputar disebut rotor atau roda turbin dan bagian turbin yang diam disebut stator atau
rumah turbin. Rotor memutar poros daya yang menggerakkan beban (generator listrik,
pompa, kompresor atau yang lainnya).
Turbin gas merupakan salah satu komponen dari suatu sistem turbin gas. Sistem
turbin gas yang paling sederhana terdiri dari tiga komponen yaitu kompresor, ruang bakar
dan turbin gas.
Menurut Dr. J. T. Retaliatta, sistim turbin gas ternyata sudah dikenal pada jaman
“Hero of Alexanderia”. Disain pertama turbin gas dibuat oleh John Barber seorang Inggris
pada tahun 1791. Sistem tersebut bekerja dengan gas hasil pembakaran batu bara, kayu atau
minyak, kompresornya digerakkan oleh turbin dengan perantaraan rantai roda gigi. Pada
tahun 1872, Dr. F. Stolze merancang sistem turbin gas yang menggunakan kompresor aksial
bertingkat ganda yang digerakkan langsung oleh turbin reaksi tingkat ganda. Tahun 1908,
sesuai dengan konsepsi H. Holzworth, dibuat suatu sistem turbin gas yang mencoba
menggunakan proses pembakaran pada volume konstan. Tetapi usaha tersebut dihentikan
karena terbentur pada masalah konstruksi ruang bakar dan tekanan gas pembakaran yang
berubah sesuai beban. Tahun 1904, “Societe des Turbomoteurs” di Paris membuat suatu
sistem turbin gas yang konstruksinya berdasarkan disain Armengaud dan Lemate yang
menggunakan bahan bakar cair. Temperatur gas pembakaran yang masuk sekitar 450oC
dengan tekanan 45 atm dan kompresornya langsung digerakkan oleh turbin.
Selanjutnya, perkembangan sistem turbin gas berjalan lambat hingga pada tahun
1935 sistem turbin gas mengalami perkembangan yang pesat dimana diperoleh efisiensi
sebesar lebih kurang 15 %. Pesawat pancar gas yang pertama diselesaikan oleh “British
Thomson Houston Co” pada tahun 1937 sesuai dengan konsepsi Frank Whittle (tahun
1930).
Saat ini sistem turbin gas telah banyak diterapkan untuk berbagai keperluan seperti
mesin penggerak generator listrik, mesin industri, pesawat terbang dan lainnya. Sistem
turbin gas dapat dipasang dengan cepat dan biaya investasi yang relatif rendah jika
dibandingkan dengan instalasi turbin uap dan motor diesel untuk pusat tenaga listrik.
2. Prinsip Kerja Sistem Turbin Gas
Udara masuk kedalam kompresor melalui saluran masuk udara (inlet). Kompresor ini
berfungsi untuk menghisap dan menaikkan tekanan udara tersebut, akibatnya temperatur
udara juga meningkat. Kemudian udara yang telah dikompresi ini masuk kedalam ruang
bakar. Di dalam ruang bakar disemprotkan bahan bakar sehingga bercampur dengan udara
tadi dan menyebabkan proses pembakaran. Proses pembakaran tersebut berlangsung dalam
keadaan tekanan konstan sehingga dapat dikatakan ruang bakar hanya untuk menaikkan
temperatur. Gas hasil pembakaran tersebut dialirkan ke turbin gas melalui suatu nozel yang
berfungsi untuk mengarahkan aliran tersebut ke sudu-sudu turbin. Daya yang dihasilkan
oleh turbin gas tersebut digunakan untuk memutar kompresornya sendiri dan memutar
beban lainnya seperti generator listrik, dll. Setelah melewati turbin ini gas tersebut akan
dibuang keluar melalui saluran buang (exhaust).
Secara umum proses yang terjadi pada suatu sistim turbine gas adalah sebagai berikut:
1. Pemampatan (compression) udara di hisap dan dimampatkan
2. Pembakaran (combustion) bahan bakar dicampurkan ke dalam ruang bakar dengan
udara kemudian di bakar.
3. Pemuaian (expansion) gas hasil pembakaran memuai dan mengalir ke luar melalui
nozel (nozzle)
4. Pembuangan gas (exhaust) gas hasil pembakaran dikeluarkan lewat saluran
pembuangan.
Pada kenyataannya, tidak ada proses yang selalu ideal, tetap terjadi kerugiankerugian
yang dapat menyebabkan turunnya daya yang dihasilkan oleh turbin gas dan
berakibat pada menurunnya performansi turbin gas itu sendiri. Kerugian-kerugian tersebut
dapat terjadi pada ketiga komponen sistem turbin gas. Sebab-sebab terjadinya kerugian
antara lain:
· Adanya gesekan fluida yang menyebabkan terjadinya kerugian tekanan (pressure
losses) di ruang bakar.
· Adanya kerja yang berlebih waktu proses kompresi yang menyebabkan terjadinya
gesekan antara bantalan turbin dengan angin.
· Berubahnya nilai cp dari fluida kerja akibat terjadinya perubahan temperatur dan
perubahan komposisi kimia dari fluida kerja.
· Adanya mechanical loss, dsb.
Untuk memperkecil kerugian ini hal yang dapat kita lakukan antara lain dengan
perawatan (maintanance) yang teratur atau dengan memodifikasi peralatan yang ada.
3. Siklus-Siklus Turbin Gas
Tiga siklus turbin gas yang dikenal secara umum yaitu:
A. Siklus Ericson
Merupakan siklus mesin kalor yang dapat balik (reversible) yang terdiri dari dua proses
isotermis dapat balik (reversible isotermic) dan dua proses isobarik dapat balik
(reversible isobaric). Proses perpindahan panas pada proses isobarik berlangsung di
dalam komponen siklus internal (regenerator), dimana effisiensi termalnya adalah :
hth = 1 – T1/Th
dimana T1 = temperatur buang dan Th = temperatur panas
B. Siklus Stirling
Merupakan siklus mesin kalor dapat balik, yang terdiri dari dua proses isotermis dapat
balik (isotermal reversible) dengan volume tetap (isovolum). Efisiensi termalnya sama
dengan efisiensi termal pada siklus Ericson.
C. Siklus Brayton
Siklus ini merupakan siklus daya termodinamika ideal untuk turbin gas, sehingga saat
ini siklus ini yang sangat populer digunakan oleh pembuat mesin turbine atau
manufacturer dalam analisa untuk up-grading performance. Siklus Brayton ini terdiri
dari proses kompresi isentropik yang diakhiri dengan proses pelepasan panas pada
tekanan konstan. Pada siklus Bryton tiap-tiap keadaan proses dapat dianalisa secara
berikut:
· Proses 1®2 (kompresi isentropik)
Kerja yang dibutuhkan oleh kompresor: Wc = ma (h2 – h1)
· Proses 2®3, pemasukan bahan bakar pada tekanan konstan.
Jumlah kalor yang dihasilkan: Qa = (ma + mf) (h3 – h2)
· Proses 3®4, ekspansi isentropik didalam turbin.
Daya yang dibutuhkan turbin: WT = (ma + mf) (h3 – h4)
· Proses 4®1, pembuangan panas pada tekanan konstan ke udara. Jumlah kalor yang
dilepas: QR = (ma + mf) (h4 – h1)
Siklus Brayton
4. Klasifikasi Turbin Gas
Turbin gas dapat dibedakan berdasarkan siklusnya, kontruksi poros dan lainnya.
Menurut siklusnya turbin gas terdiri dari:
· Turbin gas siklus tertutup (Close cycle)
· Turbin gas siklus terbuka (Open cycle)
Perbedaan dari kedua tipe ini adalah berdasarkan siklus fluida kerja. Pada turbin gas
siklus terbuka, akhir ekspansi fluida kerjanya langsung dibuang ke udara atmosfir,
sedangkan untuk siklus tertutup akhir ekspansi fluida kerjanya didinginkan untuk kembali ke
dalam proses awal.
Contoh data-data manufacture gas turbin poros tunggal adalah :
Type PG 5341 (N)
Rating (Base, Gas/Oil) 20.900/20.450 (kW)
Altitude Sea Level
Compressor Stage 17
Turbin Stage 2
Turbin Speed 5100 rpm
Inlet Temperatur 32.2oC
Inlet Pressure 1.0333 kg/cm2
Exhaust temperatur 488oC
Exhaust Pressure 1.0333 kg/cm2
Pressure Ratio 9.4
Desired min. Horse Power 33.000 HP
Fuel Natural Gas
Fuel Systems Gas/Oil (Unit A dan B)
Gas (Unit C, D, E, F, G dan H)
Control System Speedtronic
Accessory gear Type A500
Starting system 400 HP Induction Motor (Unit C/H)
500 HP motor diesel (Unit A/B)
Dalam industri turbin gas umumnya diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu :
1. Turbin Gas Poros Tunggal (Single Shaft)
Turbin jenis ini digunakan untuk menggerakkan generator listrik yang menghasilkan
energi listrik untuk keperluan proses di industri.MS-5001
2. Turbin Gas Poros Ganda (Double Shaft)
Turbin jenis ini merupakan turbin gas yang terdiri dari turbin bertekanan tinggi dan
turbin bertekanan rendah, dimana turbin gas ini digunakan untuk menggerakkan beban yang
berubah seperti kompresor pada unit proses.
MS-5002
MS-5002
5. Komponen Turbin Gas
Komponen turbin gas terdiri dari :
1. Komponen Utama
· Air Inlet Section
Berfungsi untuk menyaring kotoran dan debu yang terbawa dalam udara sebelum masuk
ke kompresor. Bagian ini terdiri dari:
1. Air Inlet Housing, merupakan tempat udara masuk dimana didalamnya terdapat
peralatan pembersih udara.
2. Inertia Separator, berfungsi untuk membersihkan debu-debu atau partikel yang
terbawa bersama udara masuk.
3. Pre-Filter, merupakan penyaringan udara awal yang dipasang pada inlet house.
4. Main Filter, merupakan penyaring utama yang terdapat pada bagian dalam inlet
house, udara yang telah melewati penyaring ini masuk ke dalam kompresor aksial.
5. Inlet Bellmouth, berfungsi untuk membagi udara agar merata pada saat memasuki
ruang kompresor.
6. Inlet Guide Vane, merupakan blade yang berfungsi sebagai pengatur jumlah udara
yang masuk agar sesuai dengan yang diperlukan.
· Compressor Section
Komponen utama pada bagian ini adalah aksial flow compressor, berfungsi untuk
mengkompresikan udara yang berasal dari inlet air section hingga bertekanan tinggi
sehingga pada saat terjadi pembakaran dapat menghasilkan gas panas berkecepatan tinggi
yang dapat menimbulkan daya output turbin yang besar. Aksial flow compressor terdiri dari
dua bagian yaitu:
1. Compressor Rotor Assembly
Merupakan bagian dari kompresor aksial yang berputar pada porosnya. Rotor ini
memiliki 17 tingkat sudu yang mengompresikan aliran udara secara aksial dari 1 atm
menjadi 17 kalinya sehingga diperoleh udara yang bertekanan tinggi. Bagian ini tersusun
dari wheels, stubshaft, tie bolt dan sudu-sudu yang disusun kosentris di sekeliling sumbu
rotor.
2. Compressor Stator
Merupakan bagian dari casing gas turbin yang terdiri dari:
a. Inlet Casing, merupakan bagian dari casing yang mengarahkan udara masuk ke inlet
bellmouth dan selanjutnya masuk ke inlet guide vane.
b. Forward Compressor Casing, bagian casing yang didalamnya terdapat empat stage
kompresor blade.
c. Aft Casing, bagian casing yang didalamnya terdapat compressor blade tingkat 5-10.
d. Discharge Casing, merupakan bagian casing yang berfungsi sebagai tempat
keluarnya udara yang telah dikompresi. Pada bagian ini terdapat compressor blade
tingkat 11 sampai 17.
· Combustion Section
Pada bagian ini terjadi proses pembakaran antara bahan bakar dengan fluida kerja yang
berupa udara bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi. Hasil pembakaran ini berupa energi
panas yang diubah menjadi energi kinetik dengan mengarahkan udara panas tersebut ke
transition pieces yang juga berfungsi sebagai nozzle. Fungsi dari keseluruhan sistem adalah
untuk mensuplai energi panas ke siklus turbin.
Sistem pembakaran ini terdiri dari komponen-komponen berikut yang jumlahnya
bervariasi tergantung besar frame dan penggunaan turbin gas. Komponen-komponen itu
adalah :
Combustion Chamber, berfungsi sebagai tempat terjadinya pencampuran antara
udara yang telah dikompresi dengan bahan bakar yang masuk.
Combustion Liners, terdapat didalam combustion chamber yang berfungsi sebagai
tempat berlangsungnya pembakaran.
Fuel Nozzle, berfungsi sebagai tempat masuknya bahan bakar ke dalam combustion
liner.
Ignitors (Spark Plug), berfungsi untuk memercikkan bunga api ke dalam
combustion chamber sehingga campuran bahan bakar dan udara dapat terbakar.
Transition Fieces, berfungsi untuk mengarahkan dan membentuk aliran gas panas
agar sesuai dengan ukuran nozzle dan sudu-sudu turbin gas.
Cross Fire Tubes, berfungsi untuk meratakan nyala api pada semua combustion
chamber.
Flame Detector, merupakan alat yang dipasang untuk mendeteksi proses
pembakaran terjadi.
Combustion chamber yang ada disusun kosentris mengelilingi aksial flow
compressor dan disambungkan dengan keluaran kompresor udara dari aksial flow
compressor yang dialirkan langsung ke masing-masing chambers. Zona pembakaran pada
combustion chamber ada tiga yaitu:
1. Primary Zone, merupakan tempat dimana bahan bakar berdifusi dengan udara
kompresor untuk membentuk campuran udara bahan bakar yang siap dibakar.
2. Secondary Zone, adalah zona penyempurnaan pembakaran sebagai kelanjutan
pembakaran pada primary zone.
3. Dilution Zone, merupakan zona untuk mereduksi temperatur gas hasil pembakaran pada
keadaan yang diinginkan pada saat masuk ke first stage nozzles.
Combustion liners didesain dengan satu seri lubang dan louvers yang ditempatkan
didalam chambers. Digunakan untuk mencampurkan bahan udara dari kompresor dan bahan
bakar dari nozel yang membakar campuran ini.
Fuel nozzle terdapat pada ujung combustion chamber dan masuk ke combustion
liners. Fungsi dari fuel nozzle ini adalah untuk mengabutkan bahan bakar dan
mengarahkannya ke reaction zone pada ruang bakar.
Transition piece terdapat antara combustion liners dan first stage nozzle. Alat ini
digunakan untuk mengarahkan udara panas yang dihasilkan pada combustion section ke first
stage nozzle.
Spark plugs terdapat pada bagian samping combustion chamber dan masuk ke
combustion liners. Spark plugs berfungsi untuk menyulut campuran bahan bakar dan udara
pada saat turbin gas star up. Pembakaran akan terus terjadi selama suplai bahan bakar dan
udara terus berlangsung. Spark plugs terpasang pada sebuah pegas setelah proses
pembakaran terjadi, tekanan yang dihasilkan meningkat dan akan memaksa plugs naik
menuju casing dan mengeluarkan gas panas.
Cross fire tube berfungsi untuk menghubungkan semua combustion chamber.
Tabung ini digunakan untuk mengirimkan pengapian dari satu combustion liners ke yang
berikutnya selama start up.
· Turbin Section
Turbin section merupakan tempat terjadinya konversi energi kinetik menjadi energi
mekanik yang digunakan sebagai penggerak kompresor aksial dan perlengkapan lainnya.
Dari daya total yang dihasilkan kira-kira 60 % digunakan untuk memutar kompresornya
sendiri, dan sisanya digunakan untuk kerja yang dibutuhkan.
Komponen-komponen pada turbin section adalah sebagai berikut :
1. Turbin Rotor Case
2. First Stage Nozzle, yang berfungsi untuk mengarahkan gas panas ke first stage
turbine wheel.
3. First Stage Turbine Wheel, berfungsi untuk mengkonversikan energi kinetik dari
aliran udara yang berkecepatan tinggi menjadi energi mekanik berupa putaran
rotor.
4. Second Stage Nozzle dan Diafragma, berfungsi untuk mengatur aliran gas panas
ke second stage turbine wheel, sedangkan diafragma berfungsi untuk
memisahkan kedua turbin wheel.
5. Second Stage Turbine, berfungsi untuk memanfaatkan energi kinetik yang masih
cukup besar dari first stage turbine untuk menghasilkan kecepatan putar rotor
yang lebih besar.
· Exhaust Section
Exhaust section adalah bagian akhir turbin gas yang berfungsi sebagai saluran
pembuangan gas panas sisa yang keluar dari turbin gas.
Exhaust section terdiri dari beberapa bagian yaitu :
1. Exhaust Frame Assembly.
2. Exhaust Diffuser Assembly.
Exhaust gas keluar dari turbin gas melalui exhaust diffuser pada exhaust frame
assembly, lalu mengalir ke exhaust plenum dan kemudian didifusikan dan dibuang ke
atmosfir melalui exhaust stack, sebelum dibuang ke atmosfir gas panas sisa tersebut diukur
dengan exhaust thermocouple dimana hasil pengukuran ini digunakan juga untuk data
pengontrolan temperatur dan proteksi temperatur trip. Pada exhaust area terdapat 18 buah
termokopel yaitu, 12 buah untuk temperatur kontrol dan 6 buah untuk temperatur trip.
2. Komponen Penunjang
Ada beberapa komponen penunjang yaitu :
· Starting Equipment
Berfungsi untuk melakukan start up sebelum turbin bekerja.
Jenis-jenis starting equipment yang digunakan di unit-unit turbin gas pada umumnya
adalah :
1. Diesel Engine, (PG –9001A/B)
2. Induction Motor, (PG-9001C/H dan KGT 4X01, 4X02 dan 4X03)
3. Gas Expansion Turbine (Starting Turbine)
· Coupling dan Accessory Gear
Berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran dari poros yang bergerak ke poros
yang akan digerakkan. Ada tiga jenis coupling yang digunakan, yaitu:
1. Jaw Cluth, menghubungkan starting turbine dengan accessory gear dan HP turbin
rotor.
2. Accessory Gear Coupling, menghubungkan accessory gear dengan HP turbin
rotor.
3. Load Coupling, menghubungkan LP turbin rotor dengan kompressor beban.
· Fuel System
Bahan bakar yang digunakan berasal dari fuel gas system dengan tekanan sekitar 15
kg/cm2. Fuel gas yang digunakan sebagai bahan bakar harus bebas dari cairan kondensat
dan partikel-partikel padat. Untuk mendapatkan kondisi tersebut diatas maka sistem ini
dilengkapi dengan knock out drum yang berfungsi untuk memisahkan cairan-cairan yang
masih terdapat pada fuel gas.
· Lube Oil System
Lube oil system berfungsi untuk melakukan pelumasan secara kontinu pada setiap
komponen sistem turbin gas. Lube oil disirkulasikan pada bagian-bagian utama turbin gas
dan trush bearing juga untuk accessory gear dan yang lainnya. Lube oil system terdiri dari:
1. Oil Tank (Lube Oil Reservoir)
2. Oil Quantity
3. Pompa
4. Filter System
5. Valving System
6. Piping System
7. Instrumen untuk oil
Pada turbin gas terdapat tiga buah pompa yang digunakan untuk mensuplai lube oil
guna keperluan lubrikasi, yaitu:
1. Main Lube Oil Pump, merupakan pompa utama yang digerakkan oleh HP shaft pada
gear box yang mengatur tekanan discharge lube oil.
2. Auxilary Lube Oil Pump, merupakan pompa lube oil yang digerakkan oleh tenaga
listrik, beroperasi apabila tekanan dari main pump turun.
3. Emergency Lube Oil Pump, merupakan pompa yang beroperasi jika kedua pompa diatas
tidak mampu menyediakan lube oil.
· Cooling System
Sistem pendingin yang digunakan pada turbin gas adalah air dan udara. Udara
dipakai untuk mendinginkan berbagai komponen pada section dan bearing. Komponenkomponen
utama dari cooling system adalah:
1. Off base Water Cooling Unit
2. Lube Oil Cooler
3. Main Cooling Water Pump
4. Temperatur Regulation Valve
5. Auxilary Water Pump
6. Low Cooling Water Pressure Swich
6. Prosedur Pengoperasian Turbin Gas
Prosedur yang harus dilakukan untuk mengoperasikan turbin gas sebagai langkah
awal adalah :
1. Rachet, dilakukan dengan memutar turbin seperempat lingkaran dalam waktu satu
menit secara terus menerus selama 10 hingga 12 jam untuk mendistribusikan massa
rotor, meratakan pelumasan pada bearing dan journal shaft serta mencegah
terjadinya pembengkokan.
2. Rubbing Check, pemutaran turbin gas sampai 1350 rpm, kemudian dimatikan.
3. Cranking, setelah turbin gas dimatikan saat rubbing check, kemudian turbin gas
diputar 1200 rpm yang dilakukan selama 5 hingga 10 menit. Hal ini dilakukan
untuk membersihkan turbin gas dan kompresor dari debu dan kotoran.
4. Fuel Gas Leak Check, putaran turbin dinaikkan kembali sampai 1850 rpm.
5. Flame Detector Check, putaran turbin diputar sampai 2000 rpm, kemudian spark
plug dinyalakan maka saat itu proses pembakaran mulai terjadi.
6. Over Trip Test, apabila diberikan penambahan fuel gas maka otomatis putaran
turbin gas meningkat hingga mencapai batas yang telah ditentukan.
7. Peak Load untuk, setelah itu turbin gas distart hingga mencapai putaran 5100 rpm.
Kemudian turbin gas ini diberi beban secara bertahap hingga mencapai nilai
mendekati maksimum, kemudian beban diturunkan setahap hingga mencapai batas
yang diinginkan.
7. Maintenance Turbin Gas
Maintenance adalah perawatan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan
seperti kerusakan terlalu cepat terhadap semua peralatan di pabrik, baik yang sedang
beroperasi maupun yang berfungsi sebagai suku cadang. Kerusakan yang timbul biasanya
terjadi karena keausan dan ketuaan akibat pengoperasian yang terus-menerus, dan juga
akibat langkah pengoperasian yang salah.
Maintenance pada turbine gas selalu tergantung dari faktor-faktor operasional
dengan kondisi yang berbeda disetiap wilayah, karena operasional turbine gas sangat
tergantung dari kondisi daerah operasional. Semua pabrik pembuat turbine gas telah
menetapkan suatu ketetapan yang aman dalam pengoperasian sehingga turbine selalu dalam
batas kondisi aman dan tepat waktu untuk melakukan maintenance. Untuk turbine gas
produksi General Electric batas maintenance bisa di dapat dengan memasukkan faktor
penentu lain dalam rumus di bawah ini:
Rumus Maintenance Interval Ditinjau dari Bahan Bakar yang Digunakan
Rumus Maintenance Interval Terhadap Kondisi Operasional
Secara umum maintenance dapat dibagi dalam beberapa bagian, diantaranya adalah:
1. Preventive Maintenance
Preventive maintenance adalah suatu kegiatan perawatan yang direncanakan baik itu
secara rutin maupun periodik, karena apabila perawatan dilakukan tepat pada waktunya
akan mengurangi down time dari peralatan. Preventive maintenance dibagi menjadi:
a. Running Maintenance, adalah suatu kegiatan perawatan yang dilakukan hanya
bertujuan untuk memperbaiki equipment yang rusak saja dalam satu unit. Unit
produksi tetap melakukan kegiatan.
b. Turning Around Maintenance, adalah perawatan terhadap peralatan yang sengaja
dihentikan pengoperasiannya.
2. Repair Maintenance
Repair Maintenance merupakan perawatan yang dilakukan terhadap peralatan yang tidak
kritis, atau disebut juga peralatan-peralatan yang tidak mengganggu jalannya operasi.
3. Predictive Maintenance
Predictive Maintenance merupakan kegiatan monitor, menguji, dan mengukur peralatanperalatan
yang beroperasi dengan menentukan perubahan yang terjadi pada bagian utama,
apakah peralatan tersebut berjalan dengan normal atau tidak.
4. Corrective Maintenance
Corrective Maintenance adalah perawatan yang dilakukan dengan memperbaiki
perubahan kecil yang terjadi dalam disain, serta menambahkan komponen-komponen
yang sesuai dan juga menambahkan material-material yang cocok.
5. Break Down Maintenance.
Kegiatan perawatan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan atau kelainan pada peralatan
sehingga tidak dapat berfungsi seperti biasanya.
6. Modification Maintenance.
Pekerjaan yang berhubungan dengan disain suatu peralatan atau unit. Modifikasi
bertujuan menambah kehandalan peralatan atau menambah tingkat produksi dan kualitas
pekerjaan.
7. Shut Down Maintenance
Shut Down adalah kegiatan perawatan yang dilakukan terhadap peralatan yang sengaja
dihentikan pengoperasiannya. Shutdown maintenance pada turbine gas terdiri dari
Boroscope Inspection, Combustion Inspection, Hot Gas Path Ispection dan Major
Inspection. Batas-batas pekerjaan dapat dilihat seperti gambar di bawah ini:
1. Shut Down Inspection Pada Turbin Gas
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada saat unit tersebut tidak dalam
pengoperasian. Shut down inspection terdiri dari:
A. Combustion Inspection.
Combustion Inspeksi merupakan shut down jangka pendek yang dibutuhkan untuk
memeriksa nozzle tingkat pertama, combustion liner, transition piece dan cross fire tube.
Komponen-komponen ini membutuhkan pemeriksaan secara berkala, karena kerja yang
dilakukan oleh turbin gas bekerja terus menerus, sehingga sistem pembakaran yang buruk
akan menyebabkan pendeknya umur dari komponen-komponen tersebut terutama bagian
hilir seperti nozzle dan bucket turbin. Perawatan yang dilakukan pada waktu combustion dan
inspection adalah pemeriksaan pada bagian ruang bakar, cross fire tube dan transition piece.
Pemeriksaan pada catatan paking menunjukkan adanya gesekan, bagian atas dan bagian
bawah dari diafragma dan bagian antara diameter horizontal dan vertikal. Pemeriksaan pada
thermocople yang rusak, pada turbin bucket dan over plan secara visual, leading edge baik
secara visual atau boroscape pada nozzle turbin tingkat pertama dan bucket tingkat pertama
terhadap degradasi, pendapatan clerence. Pemeriksaan fuel nozzle terhadap pluging pada
bagian tutup dan mencatat hasil pemeriksaan. Untuk melakukan inspeksi secara visual pada
bagian rotating dan stationary pada compressor casing dan turbin casing tanpa mengangkat
atau membongkarnya adalah memakai perangkat kerja dari borescope.
Bagian-bagian yang diinspeksi pada turbin gas adalah:
1. Turbin Section.
2. Axial Flow Compressor.
3. Combustion System.
Turbin section yang diinspeksi adalah :
1. Turbin Nozzle, untuk menginspeksi kerusakan bagian luar, korosi, gangguan pada
lubang pendingin, retak dan sebagainya.
2. Turbin Bucket, untuk menginspeksi kerusakan bagian luar yang melepuh, retak,
kelonggaran tempat buang dan lain-lain. Pada compressor section dilakukan
inspeksi pada blade atau sudu-sudu tetap dan sudu gerak.
B. Hot Gas Path Inspection
Pemeriksaan pada daerah panas termasuk dalam combustion inspection, hanya saja
dalam pemerikasaan ini dilakukan lebih terperinci lagi mulai dari nozzle hingga bucket
turbin. Adapun komponen-komponen yang dibongkar dan diinspeksi antara lain :
1. Flame Detector.
2. Spring Position Spark Plug.
3. Combustion Chambers.
4. Cap and Liner Assembly.
5. Combustion Transition Piece Assembly.
6. Compressor Discharge and Frame Casing Assembly.
7. Support ring Assembly.
8. First Stage Nozzle.
9. Turbine Shell and Shoud Assembly.
10. Second Stage Nozzle
Inspeksi dilakukan secara visual dan juga dilakukan secara non visual. Inspeksi
secara visual dengan melihat perubahan yang terjadi pada komponen tanpa mata bantu,
cukup dengan mata telanjang seperti perubahan warna, perubahan bentuk, keretakan dan
lain-lain. Inspeksi non visual dilakukan dengan menggunakan alat bantu, seperti melihat
keretakan bagian dalam suatu logam dengan mengunakan radiografi, ultrasonografi dan
sebagainya.
Pemeriksaan komponen dilakukan dilapangan atau diruang perawatan, bahkan
pemeriksaan dapat juga dilakukan diluar pabrik, seperti pemeriksaan struktur mikro marrige
bold yang dilakukan di Singapura.
Inspeksi lainnya yaitu pemeriksaan clearance pada daerah sekitar first stage nozzle,
second stage nozzle dan bucket turbin. Clearance yang diperiksa pada saat hot gas path
inspection tidak boleh kurang atau lebih dari ukuran yang telah ditetapkan. Clearance yang
terlalu besar akan mengurangi efisiensi turbin sedangkan clearance yang terlalu kecil akan
berpengaruh pada keselamatan turbin walaupun efisiensi turbin semakin besar.
C. Major Inspection
Adapun pemeriksaan pada seluruh bahagian utama turbin secara garis besar
pemeriksaan ini dilakukan pada bagian-bagian :
1. Air Inlet Section
2. Combustion Section
3. Compressor Section
4. Turbine Section
5. Exhaust Section
Pemeriksaan ini meliputi unsur dari combustion dan hot path inspection. Kegiatan
yang dilakukan antara lain pemeriksaan keretakan sudu rotor dan stator. Clearence pada
nozzle dan clearence pada compressor. Pengikat dan penyekat nozzle serta diafragma
diperiksa dari kemungkinan adanya gesekan, pengerutan atau kerusakan yang disebabkan
oleh panas. Kompresor dari guide inlet fane diperiksa dari kemungkinan adanya kotoran,
pengikisan, karat dan kebocoran. Bantalan dari sheel (sekat) diperiksa clearencenya dan
tingkat kehausan yang terjadi. Semua pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan spesifikasi
yang ditetapkan oleh pabrik.
DAFTAR PUSTAKA
1. General Electric Company, Schenectady, NY. USA, Gas Turbine Manual Book,
1987.
2. General Electric Company, Schenectady, NY. USA, Gas Turbine Maintenance
Seminar, Jakarta Indonesia, 1997.
3. Maherwan P. Boyce, Gas Turbine Engineering Hand Book, Gulf Professional
Publishing, 2002.
4. Robert F. Hoeft, Schenectady, NY. USA, Heavy Duty Gas Turbine Operating
and Maintenance Consideration.
5. http://www.bently.com
6. http://www.gepower.com
7. http://www.pal.co.id
8. http://www.turbomachinerymag.com
9. Sumber lainnya.
No comments:
Post a Comment