Tuesday, May 17, 2016

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini pembangunan gedung-gedung bertingkat banyak di jumpai.Di dalam bangunan bertingkat di perlukan suatu ilmudan teknologi terapan.Contoh dalam instalasi –instalasi penting dalam gedung bertingkat mulai dari instalasi listrik sampai instalasi sarana air bersih, di dalam pembuatan sarana instalasi air di perlukan system perpipaan untuk dialirkanbagi keperluan di dalam gedung.Alat yang mempunyai peranan penting dalam pendistribusian adalah pompa.Pompa digunakan untuk menghisap air dari penyimpanan atau pengambilan dari sumber air untuk di alirkan sehingga dapat di giunakan.Penggunaan pompa air mempunyai kempuaan yang lebih yaitu mengabaikan ketinggian gedung, akan tetapi penggunaan pompa harus di sesuaikan dengan spesifikasinya yang tertera pada pompa yang akan di gunakan, karena setiap jenis pompa mempunyai data-data tentang head ataupun discharge yang berbeda-beda.

1.2 Permasalahan Yang Terjadi
Bagian yang di pertimbangkan dalam mekanisme perpompaan adalah bagaimana sumbu antara poros penggerak dengan poros yang di gerakan harus benar-benar sejajar atau pun lurus. Dalam hal ini sangat di perlukan proses alignment. Karena suatu pompa dalam pengoprasianya tanpa di alignment akan terjadi hal-hal yang tidak di ingginkn, Seperti:Terjadi getaran yang berlebihan pada masing-masing poros, Terjadinya gesekan yang berlebihan pada bantalan mengakibatkan timbulnya panas yang berlebihan,Baut–baut kopling akan rusak/putus, Mempercepat kebocoran cairan yang dipompa pada stuffing box, Pada pompa menurunkan efesiensi mekaniknya, Kumparan pada motor listrik akan bergesekkan sehingga dapat menimbulkan hubungan arus pendek.






BAB II
TEORI DASAR ALIGNMENT POMPA
2.1 Teori Dasar Alignment
Alignment adalah suatu pekerjaan meluruskan / mensejajarkan dua sumbu poros lurus (antara poros penggerak sumbu poros yang digerakkan) pada waktu peralatan itu beroprasi, seperti tampak pada gambar (a).tetapi dalam kenyataan, Zpengertian lurus tidak bisa didapatkan 100%. untuk itu harus diberikan toleransi kurang  0,05 mm. macam –macam ketidaklurusan kedua poros (misalignment) :
1. paralel misalignment, adalah posisi dari kedua poros dalam keadaan tidak sejajar dengan ketinggian yang berbeda, seperti pada gambar (b)
2. angular misalignment,adalah ketidaklurusan kedua poros yang posisinya saling menyudut, sedangkan kedua ujungnya ( pada kopling) mempunyai ketinggian yang sama, seperti tampak pada gambar (c)
3. combinasion misalignment, adalahketidaklurusan kedua poros yang posisinya saling menyudut dan kedua ujungnya poros (kopling) tidak sama. seperti tampak pada gambar (d)





Gambar 2.1Bentuk  dalam keadaan lurus sempurna












Gambar 2.2Bentuk shaft dalam keadaan paralel misalignment




Gambar 2.3 Bentuk shaft dalam keadaan angular misalignment









Gambar2.4 Bentuk shaft dalam keadaan combinasi misalignment.









Gambar2.5Bentuk straight bar yang melengkung yang mempengaruhi analisis alignment.




Gambar 2.6Tanda indikator untuk membantu mengembalikan koreksi pembacaan dalam mengumpulkan kelengkungan pada shaft.






Gambar 2.7 Alat alignment merk mitutoyo sn. 7010s.
Permasalahan berdasarkan hasil analisis dari vibrasi, kondisi pompa mengalami kendala pada sistem kerjanya, maka dilakukanlah pembongkaran oleh team maintenance, permasalahan sistem kerja pompa adalah pada bearing dan wearing-ringnya yang sudah aus akibat tidak di alignment. jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab utama kerusakan pompa  adalah karena lamanya beroperasi sehingga menyebabkan gesekan antara bearing dengan shaft (poros) membuat material menerima panas melebihi batas yang diizinkan dan akan mengakibatkan bearing dan wearing-ring mengalami keausan.
proses  penyelesaian

Hal-hal yang direpair pada  pompa
shaft run out check










impeller ring clearence to case ring 0,023 inchi
sleve upper clearence 0,008 inchi
sleve intermediate 0,008 inchi
sleve lower 0,007 inchi








2.1.1 Alat-alat yang digunakan untuk alignment
A. Wrench combination











Gambar 2.8Wrench combination
B. L-key set











Gambar 2.9L-key set







C. Dial box set







Gambar 2.10Dial box set


E. Pealer gauge








Gambar 2.11. Pealer gauge

F. Jangka sorong









Gambar 2.12 Jangka sorong.
2.1.2 Cara penyetelan kedua poros (alignment) :
Pertama kita pasang breaker pada pompa.
Pasang dial indikator pada breaker, posisi dial indikator menyentuh kopling motor.
Set dial pada posisi nol, kemudian putar kopling pada beberapa sudut sambil mengamati gerakan dial. Apabila terjadi penyimpangan angka, maka diset dengan jack bould pada motor sehingga mendapatkan angka yang diinginkan (batas toleransi).
Temukan kelurusan tiap sudut.
Gambar penyetelan kelurusan poros sebagai berikut :
Toleransi yang diijinkan :
a - a’ = kurang dari 0,05 mm
b – b”= kurang dari 0,05 mm



Gambar 2.13Penyetelan kelurusan poros.
2.1.3Bagian-bagian yang menderita akibat ketidaklurusan poros (misalignment)
1. Poros, terjadi getaran yang berlebihan pada masing-masing poros.
2.Bantalan, terjadinya gesekan yang berlebihan pada bantalan mengakibatkan timbulnya panas yang berlebihan.
3. Baut –baut kopling akan rusak / putus.
4. Mempercepat kebocoran cairan yang dipompa pada stuffing box.
5. Pada pompa menurunkan efesiensi mekaniknya.
6. Kumparan pada motor listrik akan bergesekkan sehingga dapat menimbulkan hubungan pendek.


Gambar 2.14Penyetelan kelurusan poros.

2.2Dial Gauge (Dial Indikator)
Dial gauge atau dial indicator adalah alat ukur yang dipergunakan untuk memeriksa penyimpangan yang sangat kecil dari bidang datar, bidang silinder atau permukaan bulat dan kesejajaran. Konstruksi sebuah alat dial indikator seperti terlihat pada gambar di atas, terdiri atas jam ukur (dial gauge) yang di lengkapi dengan alat penopang seperti blok alas magnet, batang penyangga, penjepit, dan baut penjepit.

Alat ukur ini berfungsi untuk mengukur :
Kerataan permukaan bidang datar.
Kerataan permukaan serta kebulatan sebuah poros.
Kerataan permukaan dinding silinder.
Kebengkokan poros, run out, kesejajaran dan lain-lain.

Pada alat ukur ini didalamnya terdapat mekanisme spesial yang dapat memperbesar gerakan yang kecil. Ketika spindle bergerak sepanjang permukaan yang diukur, gerakan ini diperbesar oleh mekanisme pembesar dan selanjutnya ditunjukkan oleh penunjuk (ponter).

Klasifikasi tingkat pengukuran ditunjukkan pada permukaan dial. Klasifikasi menunjukkan skala terkcil, dan tingkat pengukuran menunjukkan pembacaan maksimum.Skala dan outer ring dapat diputar ke “O” agar lurus dengan penunjuk. Pada dial juga terdapat penghitung putaran (revolution counter). Counter ini menunjukan beberapa kali penunjuk telah berputar. Dial gauge tidak seperti halnya alat ukur lain, dial gauge selalu digunakan bersama alat penopang (supporting tool).Umumnya magnetic stand digunakan untuk mengukur automotive parts. Dial gauge juga dibuat dalam bentuk kaliper gauge dan inside deal gauge.

Peringatan Penting
Posisi spindle dia gauge tegak lurus pada permukaan yang diperiksa.-Garis imajinasi dari mata anda ke ponter dial gauge harus tegak lurus pada permukaan dial
ketika anda membaca pengukuran.

1.Dial gouge harus di pasang dengan teliti pada sopporting toolsnya

2. Putarlah outer ring setel pada titik nol. Gerakan spindle ke atas dan ke bawah. Periksalah bahwa penunjuk selalu kembali ke nol bila anda tidak memegeng spindle.

3. Di dalam dial gauge terdapat mekanisme presisi seperti jam. Usahakan agar jangan sampai terjatuh atau terkena benturan.

4. Jangan berikan oli atau gemuk diantara spindle dan tangkainya. Bila gerakan spindle menjadi tadak lancar karena oli atau kotoran. Celupkan ke dalam bensin sambil menggerakan naik turun sampai oli atau kotorannya keluar.ba

2.2.1 Bagian-Bagian Dial Indikator
1. Jarum Panjang/Jarum penunjuk
2. Jarum pendek / Penghitung putaran
3. Tanda batas toleransi
4. Bidang sentuh dengan benda kerja

Fungsi masing-masing bagian
1. Jarum Panjang/Jarum Penunjuk
• Jarum ini akan langsung bergerak apabila bagian-bagian sentuh tertekan oleh benda kerja, adapun nilai pergerakan dari jarum tersebut tergantung dari beberapa nilai skala dari dial gauge tersebut, misalnya nilai skala gauge 0,01 mm, apabila jarum panjang bergerak dari angka nol sampai angka 10 berarti nilai pergerakan jarum panjang tersebut adalah 0,01 mm x 10 = 0,1 mm.

• Skala jarum panjang ini dapat diputar ke kiri atau ke kanan, artinya posisi angka nol tidak pasti selalu berada di atas, tetapi bisa ada pada posisi di bawah atau disamping, tergantung pada posisi mana yang kita kehendaki pada saat porses mengukur benda kerja.

2. Jarum Pendek
• Jarum pendek akan bergerak satu ruas , apabila jarum panjang bergerak dari angka nol sampai dengan angka nol lagi (satu putaran) ,hal ini berarti pergerakan satu ruas dari jarum pendek adalah 0,1 mm x 100 = 1 mm (apabila nilai skala dial gauge adalah 0,01 mm).

• Sehingga apabila jarum pendek berputar satu kali putaran, maka nilai pergerakan jarum pendek adalah 1 mm x 10 = 10 mm.
• Dua alat ini dapat digeser ke kiri atau ke kanan sampai dengan kehendak kita, untuk melihat batas pergerakan jarum panjang ke arah kiri dan kanan, pada saat proses pengukuran benda kerja (lihat pada cara penggunaan dial gauge).

3. Bidang sentuh dengan benda kerja.
• Alat ini akan bergerak naik dan turun, apabila bersentuhan dengan permukaan benda kerja, saat benda kerja gergerak terhadap bidang sentuh tersebut.
• Jarum panjang akan bergerak ke arah kanan apabila bidang sentuh bergerak ke atas.
• Jarum panajang akan bergerak ke arah kiri , apabila bidang sentuh bergerak kea rah bawah.

2.2.2Metode pengukuran serta membaca hasil ukur.
1. Mengukukur kerataan sebuah bidang.
Untuk mengukur kerataan sebuah bidang, maka terlebih dahulu , jarum-jarum pada dial gauge harus diset pada posisi angka yang diperkirakan sesuai dengan kondisi tinggi rendah permukaan bidang yang akan diukur, Misal sbb:
- Jarum pendek menunjuk angka dua
- Jarum panjang menunjuk angka nol

Hal di atas dapat dilakukan dengan cara mendorong bidang sentuh kea rah atas , sampai posisi jarum pendek pada angka dua, dan jarum panjang pada angka nol, Selanjurnya posisi letak dari batas toleransi yang dibutuhkan adalah :
- Batas toleransi sebelah kiri pada posisi angka 90
- Batas toleransi sebelah kanan pada posisi angka 10

Hal ini berarti toleransi kearah kiri dan kanan dari angka 0 adalah berjarak 0,1 mm.Hasil pengukuran sebuah bidang dinyatakan rata apabila pergerakan jarum panjang bergerak ke arah kiri dan kanan antara jarak toleransi tersebut.























BAB III
ANALISA DATA HASIL PENGUKURAN
3.1 Data Hasil Pengukuran

Gambar 3.1 pompa yang di uji.

Setelah melakukan pengujian ke balingan terhadap poros pompa, maka di dapat datasebagai berikut.
Diketahui   :    LSm = 460 mm
                        LLm = 560 mm
                        LLp = 498 mm
                        LLp = 252 mm
                        S = 19 mm
                        W =178 mm



Setelah melakukan pengukuran Alignment tersebut  baru kita dapatkan data sebagai berikut :

No Data dial daripompake motor(PM)
atas(0) sampingkanan(90) sampingkanan(180) sampingkiri(360) sampingkiri(180)
1 0 -25 -54 -76 -22
2 -16 -48 -70 -25
3 -12 -53 -80 -22
4 -16 -52 -81 -19
5 -18 -52 -84 -25

Data dial dari motor kepompa(MP)
atas(0) sampingkanan(90) sampingkanan(180) sampingkiri(360) sampingkiri(180)
0 -4 36 76 16
  -3 39 72 14
  -1 40 70 13
  -2 36 71 12
  -2 39 70 13
Table 3.1 Data hasil pengukuran

Untuk Shim Depan :
Rumus : ½ MP [(MP + PM)(LEG/SPACER)-MP-SPEC

½ [(25,5 + (-36,8)] (56/17,8)-25,8 – (-46)

½ [(-11 x 3,15) – 25,8 + 46]

½ (-34,65 – 25,8 + 46) = -7,22

Jadi shim depandikurangi 0,007 mm


Untuk Shim Belakang :

½ [{25,8 + (-36,8) } ( 49,8/17,8) – 25,8 – (-46)

½ [{-11 x 2,79} – 25,8 – (-46)]

½ (-8,21 – 25,8 + 46)

½ x 11.99 = 5,99

Jadi shim belakangditambah 5,99 mm

Keterangan  :     S   =  Jarak dial to dial ( pertengahan hup pompa dan hup motor )
                         LSm  =  Jarak dial pada hup motor ke kaki depan motor
                         LLm  =  Jarak dial pada hup motor ke kaki belakang motor
                          W  =  Diameter perputaran dial pada face
                         LSp = Jarak dial pada hup motor ke kaki depan pompa
                         LLp = Jarak dial pada hup motor ke kaki belakang pompa

3.2 Analisa Data Hasil Pengukuran
Hasil uji (poros pompa ) dapat di lihat pada grafik berikut ini;

Grafik3.1 Hasil uji poros pompa.
Dari hasil pengukuran diatas,maka diketahui posisi motor miring ke utara dengan penambahan Shim yaitu:
a. Shim Depan 0,007 mm
b. Shim Belakang 3,99 mm
Kondisi  pompa dan motor cenderung dengan standar alignment, Sedangkan toleransi yg di izinkan adalah ±0,05. Berarti pompa dalam kondisi kurang baik.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Data hasil pengukuran kebalingan terhadap poros pompa  dapat disimpulkan setelah proses mengalignment pompa tersebut. Dalam pengukuran ini didapatkan hasil pengukuran : untuk shim depan 0,007mm dan untuk shim belakang 5,99mm. Sedangkan toleransi yang diizinkan adalah ±0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa poros pompa sudah mengalami kerusakan, namun masih dapat digunakan.
Faktor- faktor yang mempengaruhi data hasil pengukuran adalah:
Dengan penambahan Shim berdasarkan hitungan ,baru bisa diketahui pompa dengan posisi yang baik sehingga kerusakan selama ini terjadi bisa diketahui.
alat-alat yang di gunakan kurang presisi
pengamatan pada saat pengukuran kurang cermat
dll
3.2 Saran-Saran
Untuk mendapatkan hasil dengan ketelitian yang maksimal, di sarankan mengunakan alat-alat yang presisi (standar).
Bagi praktikum hendaknya sebelum melakukan praktek,terlebih dahulu harus menguasai teori dan cara-cara pembacaan alat ukur dengan benar.




DAFTAR PUSTAKA

Alfred benaroya, Centrifugal pump, Petrolium compeny, Tulsa okohama 1978.
Lgor J. Karassik, Centrifugal pump clinic, Second edition, Revised andexpended, New york 1979.
http://id.shvoong.com/products/appliances/2125407-dial-gauge-dial-
indikator/#ixzz1bmJ6goZH
4. Job Sheat Alignment











No comments:

Post a Comment