Cara Budidaya Udang
Pada malam ini kita akan membahas tentang bagaimana cara Budidaya udang oleh sahabat saya Mr.Yassin.
Pengolahan tambak yang baik adalah prasyarat utama dalam mengurangi faktor-faktor resiko yang dapat secara signifikan mengurangi resiko peledakan serangan penyakit oleh patogen mematikan. Termasuk yang terpenting adalah Membuang/mengangkat semua lumpur (sludge) yang terdapat pada dasar tambak, Pengangkatan lumpur terutama dimaksudkan untuk menghilangkan tumpukan bahan organik dari siklus budidaya sebelumnya, terutama pada tambak sistem semi intensif dan intensif. Pembalikan dasar tambak yang ditujukan untuk memaparkan lapisan tanah hitam di dasar tambak pada sinar matahari dan oksigen, hal ini dilakukan saat dasar tambak masih basah agar bahan organik pada dasar tambak teroksidasi. Setelah dasar tambak dibalik, keringkan tambak selama 5 – 7 hari hingga warna hitam pada tanah menghilang. Jika tambak memiliki sejarah serangan penyakit, sebaiknya proses pembalikan tanah ini dilakukan dua kali sebelum tambak diisi air untuk proses budidaya berikutnya. Air harus disaring menggunakan filter yang memiliki 60 lubang/inci persegi (ukuran mesh/lubang saringan sekitar 1 mm).
Pengapuran dasar tambak dimaksudkan untuk mengoptimalkan pH dan kondisi alkalinitas tanah dan air tambak. Jenis dan jumlah kapur yang akan ditambahkan sepenuhnya bergantung pada pH tanah dan air tambak (harus dicek sebelum melakukan pengapuran dasar tambak). Penting untuk diperhatikan, bila pengapuran dilakukan pada tanah yang pH > 5, maka hal ini mungkin akan menaikkan pH dalam waktu yang cukup lama. Jika pH tetap > 5 , maka pemberian kapur dolomit
harus diaplikasikan hingga pH 5.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi faktor-faktor resiko yang terkait dengan persiapan air dan pengisian tambak. Dalam persiapan air, sebaiknya dilakukan penampungan air dalam suatu reservoir sebelum dialirkan ke dalam tambak. Air dalam reservoir dapat didisinfeksi menggunakan 5-10 ppm hypochlorite yang kemudian dinetralisasi dengan aerasi yang kuat dan 5 ppm Na2SO4 lalu diberikan EDTA 5 ppm. Air dalam reservoir dibiarkan selama 14 hari sebelum dialirkan/dipompa ke dalam tambak, agar fitoplankton dapat tumbuh dengan baik. Jika tidak terdapat reservoir, maka air harus dialirkan melalui tandon yang telah dilengkapi dengan filter fisik atau biologis ke dalam tambak dan dibiarkan selama 14 hari. Selama periode itu, dapat diberikan pupuk urea atau superphosphate dengan dosis 30-50 Kg/Ha, diberikan sebanyak 3 – 4 kali untuk memacu pertumbuhan fitoplakton.
Warna air yang telah ditumbuhi oleh fitoplankton dengan kepadatan yang baik adalah hijau. Jika warna hijau ini belum terjadi, maka pemupukan harus tetap dilakukan, bahkan saat penebaran benur telah dilakukan. Patut dicatat, saat air dialirkan gunakan saringan untuk mencegah masuknya carrierpenyakit atau kompetitor/predator seperti kepiting, ikan liar atau zooplankton lainnya.
* Seleksi dan Penyediaan (stocking) Benih *
>> Pemberian Pakan :
Pengolahan tambak yang baik adalah prasyarat utama dalam mengurangi faktor-faktor resiko yang dapat secara signifikan mengurangi resiko peledakan serangan penyakit oleh patogen mematikan. Termasuk yang terpenting adalah Membuang/mengangkat semua lumpur (sludge) yang terdapat pada dasar tambak, Pengangkatan lumpur terutama dimaksudkan untuk menghilangkan tumpukan bahan organik dari siklus budidaya sebelumnya, terutama pada tambak sistem semi intensif dan intensif. Pembalikan dasar tambak yang ditujukan untuk memaparkan lapisan tanah hitam di dasar tambak pada sinar matahari dan oksigen, hal ini dilakukan saat dasar tambak masih basah agar bahan organik pada dasar tambak teroksidasi. Setelah dasar tambak dibalik, keringkan tambak selama 5 – 7 hari hingga warna hitam pada tanah menghilang. Jika tambak memiliki sejarah serangan penyakit, sebaiknya proses pembalikan tanah ini dilakukan dua kali sebelum tambak diisi air untuk proses budidaya berikutnya. Air harus disaring menggunakan filter yang memiliki 60 lubang/inci persegi (ukuran mesh/lubang saringan sekitar 1 mm).
Pengapuran dasar tambak dimaksudkan untuk mengoptimalkan pH dan kondisi alkalinitas tanah dan air tambak. Jenis dan jumlah kapur yang akan ditambahkan sepenuhnya bergantung pada pH tanah dan air tambak (harus dicek sebelum melakukan pengapuran dasar tambak). Penting untuk diperhatikan, bila pengapuran dilakukan pada tanah yang pH > 5, maka hal ini mungkin akan menaikkan pH dalam waktu yang cukup lama. Jika pH tetap > 5 , maka pemberian kapur dolomit
harus diaplikasikan hingga pH 5.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi faktor-faktor resiko yang terkait dengan persiapan air dan pengisian tambak. Dalam persiapan air, sebaiknya dilakukan penampungan air dalam suatu reservoir sebelum dialirkan ke dalam tambak. Air dalam reservoir dapat didisinfeksi menggunakan 5-10 ppm hypochlorite yang kemudian dinetralisasi dengan aerasi yang kuat dan 5 ppm Na2SO4 lalu diberikan EDTA 5 ppm. Air dalam reservoir dibiarkan selama 14 hari sebelum dialirkan/dipompa ke dalam tambak, agar fitoplankton dapat tumbuh dengan baik. Jika tidak terdapat reservoir, maka air harus dialirkan melalui tandon yang telah dilengkapi dengan filter fisik atau biologis ke dalam tambak dan dibiarkan selama 14 hari. Selama periode itu, dapat diberikan pupuk urea atau superphosphate dengan dosis 30-50 Kg/Ha, diberikan sebanyak 3 – 4 kali untuk memacu pertumbuhan fitoplakton.
Warna air yang telah ditumbuhi oleh fitoplankton dengan kepadatan yang baik adalah hijau. Jika warna hijau ini belum terjadi, maka pemupukan harus tetap dilakukan, bahkan saat penebaran benur telah dilakukan. Patut dicatat, saat air dialirkan gunakan saringan untuk mencegah masuknya carrierpenyakit atau kompetitor/predator seperti kepiting, ikan liar atau zooplankton lainnya.
* Seleksi dan Penyediaan (stocking) Benih *
• Benur sebelum dibeli harus dicek di hatchery untuk hal-hal seperti keseragaman ukuran ( > 16 mm dan warna post-larvae, aktif berenang melawan arus air dalam tangki. Jika ada kematian, kelainan ukuran, warna dan tidak aktif, benur jangan dibeli.
• Lakukan test keberadaan virus WSSV pada 59 ekor PL yang diseleksi secara acak menggunakan two-step PCR. Jika sampel menunjukkan hasil negatif, maka PL dapat dibeli dan langsung diangkut ke lokasi pembesaran/stok budidaya.
Mempersiapkan Benih
•Ciri bibit udang galah yang baik adalah jenis murni monospecies Macrobrachium Rosenbergii, bebascacat fisik dan parasit, bergerak aktif dan mempunyai ukuran yang sama. Sebelum menebar bibitudang galah, hendaknya bibit diaklimatisasi dahulu dengan cara rendam kantung berisi bibitudang galah didalam kolam selama 15 menit, lalu buka penutup kantung selama 15 menit dantumpahkan secara perlahan. Satu tips, usahakan bibit udang berenang sendiri keluar darikantung agar mudah menyesuaikan diri dengan keadaan kolam dan lingkungan.
•Transportasi ke lokasi penampungan harus kurang dari 6 jam, dengan kepadatan 1000-2000 ekor/liter (PL15) dan 500-1000 ekor/liter (PL20).
•Pada lokasi penampungan/stok, PL yang lemah atau mati harus dibuang. Kemudian secara hati-hati memindahkan PL ke dalam tangki yang berisi air sekitar 500 liter. Lalu lakukan uji formalin terhadap PL, untuk PL15 dan PL20 gunakan 100 ppm formalin selama 30 menit, sedang untuk juwana (juvenil) gunakan 150 ppm formalin selama 15 menit. Selama proses uji formalin, sangat dianjurkan untuk memberi oksigen yang cukup dengan menggunakan tabung oksigen yang dialirkan ke dalam bak penampungan. Setelah proses formalin selesai, ke dalam bak penampungan dialirkan aerasi yang kuat untuk mengumpulkan PL yang mati atau lemah di bagian tengah bak. PL yang normal dipindahkan ke bak lain yang berisi air bersih dan teraerasi dengan baik. Jangan lakukan test formalin jika ada udang yang mengalami ganti kulit (molting)
selama proses pengumpulan/stocking benih, secara perlahan benih diaklimatisasi dengan kondisi air tambak, dengan secara bertahap menambahkan air tambak ke dalam bak penampungan. Seluruh proses seleksi benih harus dilakukan 2-3 hari sebelum penebaran benih di tambak.
>> Pemberian Pakan :
Pakan yang digunakan ada 2 macam, yaitu pakan alami dan pellet. Pakan alami didapat dari fitoplan tonyang dapat dikembang biakan dengan cara menabur pupuk kandang. Pelet diberikan 2 kali seharipada sore dan malam hari saat udang sangat aktif. Jumlah pellet yang diberikan adalah 5% dariberat udang keseluruhan dan juga disesuaikan dengan umur udang sejak proses pembibitan.
•Hama yang sering mengganggu udang galah adalah kepiting yang sering melubangi pematang kolam,ikan lele, belut dan ular. Untuk mengatasi masalah ini, perlu diadakanproses pemeliharaan dengan cara memasang filter pada pematang dengan tinggi 60 cm. Kita bisajuga menggunakan obat kimiawi, seperti saponin, rotenan dan chemfish.
>>> Pengelolaan Kualitas Air :
•Manajemen kualitas air tambak diketahui mampu secara signifikan menurunkan resiko peledakan penyakit pada budidaya udang. Langkah-langkah pengelolaan kualitas air, meliputi
•Penggantian air tambak secara berkala untuk menjaga kualitas air
•Filtrasi air tambak terbukti mampu mengurangi terjadinya peledakan serangan penyakit. Gunakan saringan pada pintu masuk air, dengan ukuran mata saringan sekitar 1 mm.
•Gunakan aerator yang dapat mensuplai oksigen yang cukup pada air tambak.
•Hindari salinitas tinggi (> 30 ppt) dan pH air di atas 8,5 yang dapat menyebabkan tingginya resiko peledakan serangan penyakit WSSV. pH air di atas 8,5 dapat menjadi penyebab meningkatnya daya racun (toksisitas) ammonia akibat udang yang mengalami stres berat.
•Air tambak yang bening/jernih bukan pertanda baik, warna air harus dijaga tetap hijau untuk menjamin produktivitas tambak yang tinggi.
•Air tambak yang jernih dengan pertumbuhan alga pada dasar tambak (benthic) pertanda produktivitas yang rendah. Oleh karena itu air dalam tambak harus dijaga dan kedalaman pada bagian terdangkal dari tambak minimal 80 cm.
No comments:
Post a Comment